Short Love Story
Cerita singkat namun berarti tentang seorang seniman dan pianis.
“Aku bingung tentang perasaanmu selama ini.”
“Tapi aku selalu perasaanku padamu.”
“Apa yang telah kau tunjukkan sehingga kau percaya diri mengucapkan itu?”
“Perasaanku padamu bisa kau lihat pada laguku.”
Banyak kisah manis yang tercatat rapi pada buku tak berwujud. Kisah yang selalu melekat di benak dan tak bisa hilang.
Mungkin, kisah romansa sudah termasuk kategori ini. Merupakan kisah yang akan masuk di kehidupan seseorang saat sudah beranjak dewasa.
Tapi disekian banyaknya kisah romansa ini. Ada satu kisah yang menarik untuk diceritakan. Meninggalkan suka dan sedih di dalamnya.
Yaitu sebuah kisah seniman dan pianis terkenal.
Saat ini, Soo-ae sedang berada di tempat pertunjukan musik. Banyak orang mencari-cari tempat kosong untuk diduduki, serta ada yang tak sabar menantikan pertunjukan yang sangat jarang di gelar saat ini, khususnya penikmat musik.
Soo-ae adalah salah satunya, ia sangat menikmati musik khususnya instrumen yang tak berlirik.
Tak lepas dari notabenenya sebagai seniman abstrak. Musik sangat cocok untuk menggambarkan lukisan abstrak yang dipunya.
Drup!
Seluruh lampu mati di tempat kursi penonton dan hanya satu cahaya yang tak redup, yaitu panggung pertunjukan mewah dengan ditutup oleh tirai merah elegan.
‘Sudah dimulai.’
Tirai merah terbuka menampilkan sebuah piano yang berdiri disana sendiri tanpa ada objek lain.
Tak lama peserta pertama datang dan mulai memainkan pianonya. Piano yang ia mainkan menurut gadis bernama Soo-ae sangat biasa dan sang pianis tidak menyampaikan perasaannya dengan sempurna.
Soo-ae mendengus pelan dan menangkup pipinya dengan satu tangan.
Tak terasa Soo-ae mampu menonton hampir seluruh pertunjukan musik ini. Tapi selama pertunjukan berlangsung, tidak ada nada yang terkesan indah baginya, seluruh pemain tidak benar-benar menyampaikan isi hatinya dengan baik.
Rasanya badan ini ingin beranjak pulang dan kembali ke rumahnya, tetapi niatnya terhenti setelah melihat peserta terakhir dengan jas hitamnya duduk di bangku kecil berada di piano besar tersebut.
“Oh dia peserta terakhir?”
“Benar, anak itu sepertinya masih muda.”
Soo-ae mendengar bisikan kursi belakangnya yang tengah membicarakan peserta terakhir.
Gadis itu kembali duduk di bangkunya dan kembali berniat menikmati pertunjukan terakhir ini dan pulang.
Soo-ae menatap pemuda itu yang akan menekan not piano disana.
Ting
Baru satu not nada tertekan, Soo-ae merasakan seluruh tubuhnya merinding. Dengan didukung area penonton yang sangat amatlah sepi layak tak ada yang menyaksikan pertunjukan musik ini.
Bola mata Soo-ae membulat sempurna ketika mendengarkan secara seksama, nada demi nada yang di keluarkan dari tangannya.
Perasaan yang disampaikan dari nada-nada ini sangat susah di rangkai dalam kata-kata, tapi dapat mudah Soo-ae artikan dalam pikirannya.
Perasaan aneh yang Soo-ae rasakan benar-benar asing. Rasanya seperti nada yang dilempar padanya tengah mengambil alih seluruh akal dipunyainya.
Selama lantunan nada dimainkan, tak sadar Soo-ae menjatuhkan tetesan dari iris matanya yang sudah berkaca samar.
Lantas, ia segera mengambil sapu tangan dari tas kecilnya dan menghapus air mata yang terus mengalir.
“Aneh.”
Seluruh pertunjukan benar-benar selesai. Banyak orang telah keluar dari area ruangan ini, panggung telah benar-benar ditutup oleh tirai merah tak menampilkan apapun lagi.
Hampir semua lampu di ruangan itu mati dan menyisakan pintu keluar yang terbuka lebar.
Soo-ae pun keluar dari ruangan tersebut dan segera menghirup udara segar di malam hari kini.
Iris matanya menatap bulan yang bersinar terang diantara langit-langit gelap dan bintang-bintang kecil disana.
Tangannya tak sadar terangkat ke atas ingin menggapai bulan nan indah itu. Dirinya tersenyum tipis dan merapikan rambut pendeknya dengan jari-jari kecil dipunya.
Tuk.
Seseorang tengah melewatinya dan tak sengaja menjatuhkan sebuah keychain berbentuk bintang di tanah.
Sontak, Soo-ae mengambil benda mungil itu dan hendak memanggil pemilik yang haru saja menjatuhkannya.
“Hei! Tunggu! Barangmu jatuh!”
Namun panggilan keras yang diberikan Soo-ae tidak digubris, membuat matanya berkedut.
Dengan langkah tergesa-gesa, Soo-ae berlari menghampiri pemuda tersebut. Berhasil, ia menggapai lengan jas yang dimilikinya.
“Tunggu! Kau baru saja menjatuhkan i- eh?”
Perkataannya terhenti sejenak melihat pemuda itu yang tengah berbalik badan dengan muka datar menatap Soo-ae.
‘Dia orang yang tadi itu?’ tanya Soo-ae dalam batinnya. Ia membeku sejenak menatap terkejut pada pemuda di depannya.
Tatapan yang Soo-ae berikan membuat pemuda di depannya memberikan perasaan tak nyaman.
“Uh, ada perlu apa?” Tanyanya membuat Soo-ae kembali tersadar.
Ia melepaskan pegangannya dari lengan jas pemuda tersebut dan menggaruk tengkuknya.
“Ah, oh! Maaf, aku ingin mengembalikan barangmu yang baru saja terjatuh.” Ucap Soo-ae tersenyum memberi kesan ramah.
Pemuda di depannya menatap barang yang Soo-ae baru saja sodorkan di depan. Dan mengambil keychain di tangan Soo-ae secara langsung.
“Terimakasih.”
Ia berbalik badan dan mulai mengambil langkah menjauh dari Soo-ae.
“Tunggu sebentar!” Kata Soo-ae dengan nada gugup.
“Aku menyukai permainan piano mu tadi, apa aku boleh tahu namamu?”
Soo-ae menggaruk tengkuknya gugup merasa tindakan yang ia ambil sedikit terburu-buru. Namun reaksi yang diberikan oleh pemuda tersebut biasa saja.
Ia menatap sayu ke arahnya gadis tersebut dan membuka mulut, “Go Eunhyuk.” Katanya singkat dengan nada ketus.
“Oh, nama yang bagus. Namaku Shim Soo-ae, kau bisa panggil aku Soo-ae!” Ia mendorong pelan tangan kanannya ingin berjabat tangan dengan pemuda di depannya yang bernama Go Eunhyuk itu.
Namun sayangnya jabatan itu tidak dibalas oleh Go Eunhyuk membuat Soo-ae kembali menarik tangannya.
“Maaf, aku terlihat sok akrab ya. Salam kenal!” Soo-ae merasa malu sekaligus gugup melihat Go Eunhyuk yang terus menerus menatap malas ke arahnya.
“Tanganku terlalu kotor.” Kata Eunhyuk memperlihatkan telapak tangannya yang kotor.
Soo-ae mengangguk pelan dan tersenyum ke arah Go Eunhyuk.
“Permainan piano mu bagus, kapan lagi aku bisa melihatnya?”
1 tahun telah berlalu, dalam waktu yang terasa singkat ini sangat membuahkan hasil bagi hubungan Soo-ae dan Eunhyuk.
Mereka menjadi lebih dekat dari sebelumnya, layak pasangan yang melengkapi satu sama lain.
Mungkin hanya menatap sekilas, orang-orang mengetahui jika mereka adalah pasangan yang tengah berasa di status dengan nama pacaran.
Namun, nyatanya mereka tidak ada status yang melekat dalam dirinya.
Bisa dibilang hubungan tanpa status jika dikaitkan jaman sekarang?
Duk.
Di taman kota pada pinggiran sungai, terdapat dua insan yang duduk menghadap ke arah sungai besar.
Pemandangan yang indah untuk dimalam hari, banyak warna lampu menyala di setiap seberang gedung sungai.
Dan ombak kecil yang ada di sungai bergerak mengeluarkan suara tenang.
“Kau suka pergi kesini?” Terdengar suara serak pemuda yang masuk ke Indra pendengaran Soo-ae.
Matanya bergulir ke samping melihat Eunhyuk yang duduk di samping bangku kosong.
“Bikin kaget aja, tumben keluar?” Tanya Soo-ae menyeringai jahil ke arah Eunhyuk.
“Ingin cari angin aja”
Soo-ae kembali menatap ke arah gedung-gedung jauh disana sambil mengayunkan kakinya.
“Lagumu bagus.” Puji Soo-ae tak mengalihkan pandangannya.
“Akhir-akhir ini, kau selalu menciptakan lagu yang indah.” Lanjut Soo-ae tersenyum kemudian menatap Eunhyuk yang diam menatap Soo-ae, mata mereka bertemu.
“Lukisanmu juga indah.” Puji balik Eunhyuk kepada Soo-ae yang tertawa puas melihat reaksi yang diberikan oleh Eunhyuk.
“Semua itu ada artinya lho.” Soo-ae menatap Eunhyuk sambil tersenyum.
Ia pun merubah ekspresinya menjadi sendu memandang ke arah lain.
“Kau pernah tidak merasa bingung dengan perasaan aneh muncul dalam dirimu?” Gadis itu tiba-tiba bertanya pada Eunhyuk.
Eunhyuk terdiam sebentar sebelum menjawab, “Ya, kau merasakannya?”
“Bisa dibilang begitu. Itu terasa berat bagiku.” Kata Soo-ae dengan sendu.
“jika aku bertanya, apa kau ingin menjawab?” Lanjut Soo-ae beranjak dari duduknya. Pemuda itu tak menjawab dan diam sejenak.
“Apa yang kau rasakan jika ada di dekat ku?”
Pertanyaan itu membuat situasi hening beberapa waktu. Soo-ae masih setia berdiri menunggu jawaban yang akan diberikan oleh pemuda di depannya.
“…rasa bersyukur..?”
Srakk
Srekk
Sraakk
Duk.
“….”
Terpampang sebuah lukisan yang sudah selesai di tangan gadis bersurai pendek itu.
Ia menjatuhkan kuas lukisnya asal tanpa memikirkan betapa kotornya ruang lukis akibat dirinya. Entah apa yang merasuki dirinya untuk melukis di jam malam seperti ini.
Lukisan ini ia akui adalah lukisan yang tersulit baginya, karna objek yang ia gambar bukanlah termasuk abstrak lagi.
“Seharusnya aku mengucap selamat bagi diriku sendiri.” Kata Soo-ae menatap lukisna itu dengan lama kemudian membereskan peralatan yang telah ia kacaukan.
Hari ini adalah hari Go Eunhyuk merilis lagu kesekian kalinya, meskipun tanpa adanya lirik. Lagu instrumen piano nya itu sangat digemari oleh khalayak ramai.
Karna lagu yang ia ciptakan, ia sampai memenangi penghargaan sebagai pianis muda terbaik sepanjang masa.
Rasanya Soo-ae iri pada Eunhyuk yang tertinggal jauh darinya sebagai seniman biasa dan tak terkenal.
Merasa terlalu larut untuk merenungi nasibnya, ia kembali mengemaskan barang miliknya dan memasang lukisan barunya di tempat yang mencolok.
“Ini lebih baik.”
Soo-ae keluar dari rumahnya hendak mencari angin sembari membeli minuman kaleng.
Entah keberuntungan atau kesialan memihaknya, ia bertemu dengan Go Eunhyuk tengah berbincang bersama wanita yang tak Soo-ae kenali.
Jika dilihat, mereka terlihat sangat akrab dan pertama kali melihat Go Eunhyuk tersenyum seperti itu.
Soo-ae yang tengah meneguk minuman kalengnya berhenti melihat senyuman Go Eunhyuk.
Entah secara tiba-tiba muncul perasaan yang aneh dalam diri Soo-ae, ia merasa tak suka.
Grep..
….
Suara ombak terdengar dari sana cukup membuat Soo-ae tenang dengan ditemani sekaleng soda.
‘Bingung, ini sangat membingungkan bagiku.’
Ia melamun dan menatap kosong ke depan setelah melihat kejadian yang baru saja ia lihat.
Duk.
“Kau masih suka pergi kesini?”
Suara yang sangat familiar di telinga gadis tersebut, ia tak mengalihkan pandangannya dan kembali meneguk minuman kalengnya sambil tersenyum.
“Tentu saja.” Soo-ae diam sejenak sebelum membuka mulutnya.
“lagumu akhir-akhir ini lagi naik daun ya, aku sangat iri.” Katanya merasa iri dengan pencapaian Eunhyuk.
“aku-”
“Aku penasaran siapa orang beruntung tersebut.”
Gadis itu menghadap ke arah Eunhyuk yang duduk di sampingnya.
“Dia memang beruntung.” Ucap Eunhyuk jujur.
Soo-ae menggigit geram pipi dalamnya serta mengeratkan genggamannya di kaleng soda itu.
“Kau aneh.”
Entah alasan apa yang membuatnya berucap seperti itu, ia merasa kesal pada pemuda di depannya saat ini.
“Apa kau bisa jangan memberi harapan pada orang lain?” Kini, Soo-ae berhasil mengungkapkan perkataan yang selama ini ia pendam sejak lama.
Go Eunhyuk mengerutkan dahinya bingung dengan pertanyaan di dengarnya.
“Harapan? Soo-ae, aku tak mengerti maksudmu.”
“Aku bingung tentang perasaanmu selama ini.”
Ia mengucapkan kalimat itu sedikit bergetar namun berusaha menutupinya, pemuda di depannya diam.
Rasanya Soo-ae ingin menangis namun ia tahan walau matanya sudah berkaca-kaca.
“…Tapi aku selalu menunjukkan perasaanku padamu.”
Detak jantung Soo-ae bergerak cepat merasa gugup untuk pertama kali dalam hidupnya ia berbicara seperti ini pada pemuda di depannya.
“Apa? Apa yang selama ini telah kau lakukan sehingga kau berbicara seperti itu?”
Pemuda di depannya bangkit memegang dadanya mendekati Soo-ae. Tangan besarnya memegang kedua bahu gadis itu dan meremas pelan.
“Hey.”
“Perasaanku padamu bisa kau lihat pada laguku.” Go Eunhyuk tersenyum tipis namun tulus menatap mata Soo-ae lembut.
Soo-ae yang masih dilanda rasa emosi yang kacau menjauhkan dirinya pada Go Eunhyuk.
“Dari antara lagumu itu, pasti ada orang lain bukan?”
Pemuda itu terkejut dengan ungkapan yang dilontarkan oleh Soo-ae. “Aku tak pernah-”
…
Ucapan Go Eunhyuk seketika terhenti dan memilih diam tak bersuara.
Soo-ae tersenyum tipis dan mengambil kaleng sodanya yang berada di bangku sedari tadi.
“Terimakasih atas jawabanmu, aku sudah puas.”
Soo-ae pergi meninggalkan Go Eunhyuk sendirian disana yang diam sedari tadi.
Druk.
“….benar”
“..Tak pantas.”
2 minggu telah terlewatkan, Soo-ae benar-benar sudah tak menghubungi Go Eunhyuk lagi.
Entah kenapa Soo-ae merasa kehampaan di dunianya.
Ia menatap lukisan didepannya yang kosong tak ada satu goresan. Tak ada kunjung ide yang terlintas dalam pikirannya.
Selama 2 minggu ini ia benar-benar tidak menyentuh sosmednya sama sekali, mungkin itu adalah caranya untuk memulai tahap move on.
“Ah, aku merasa seperti anak kecil saja.” Gerutu Soo-ae sambil memijit pelipisnya.
Iris matanya bergulir ke lukisan yang terlihat di taruh ke tempat yang cantik.
Rasanya ingin menertawakan dirinya.
“Aku gak bisa buang ini semua.” Kata Soo-ae dengan tersenyum menyedihkan.
Tring!
Terdapat notifikasi pesan masuk pada handphone Soo-ae, ia pun segera mengambil dan segera mengecek.
“xxxxxxxxxx”
Ia hanya diam membaca satu persatu notifikasi pesan tersebut.
Dan dari situ, ia berharap suatu saat akan bangun dari mimpi ini.
Sratt
Soo-ae menggunakan dress terindahnya sambil memegang bucket bunga putih di berdua tangannya.
Langkahnya terhenti di depan menghadap satu bingkai foto terpajang.
Foto yang sangat ia kenal, senyumannya, gaya rambutnya, bentuk matanya, garis wajahnya. Ya, dia benar-benar mengenal ini.
Bunga ini ia simpan di samping bingkai foto tersebut dan menatap lama sambil merenung.
Satu tetes air matanya lolos membasahi pipi bersihnya.
Satu tetes air matanya membuat dunia yang ia punya hancur berkeping-keping, pikirannya lenyap, hatinya terasa tercabik-cabik dengan kejam.
Gadis berumur 23 tahun itu menangis dengan diam, berusaha tak mengeluarkan suara walau ia ingin rasanya berteriak sekeras mungkin memberi tahu dunia bahwa ia benar-benar menderita.
Dunianya hilang, harapannya hilang, tujuannya hilang, semuanya hilang dengan satu kejadian.
“Ini peninggalan terakhir mendiang untukmu.” Satu suara menyadarkannya memberi sebuah secarik surat yang masih terkunci rapi serta gantungan kunci berbentuk bintang.
Lagi-lagi hatinya merasa sakit yang luar biasa, benda itu ia genggam erat dan berusaha menghapus seluruh air matanya.
Tangannya bergetar hebat membuka surat itu dan membacanya.
Kata demi kata ia baca secara perlahan, sambil menenangkan pikirannya. Jantungnya berdegup kencang membaca surat itu.
Gadis itu tersenyum dan air matanya kembali lolos membasahi satu persatu area pipinya sembari menggenggam erat gantungan kunci tersebut.
Shim Soo-ae,
2 tahun sudah terlewati dan itu memang sangat tak mudah bagimu menunggu jawaban ini.
Jujur saja, sangat sulit mengekspresikan perasaan ini. Pikiran ini terlalu sempit untuk berpikir jauh, sehingga cara yang ku pilih memang tak tepat.
Semua waktu ku habiskan di ruangan hampa ini hanya untuk menyusun not angka yang benar-benar seluruhnya dibuat hanya untukmu.
Nada demi nada yang tersusun itu benar-benar mengingatkan dirimu sepenuhnya.
Sempat pernah terlintas dalam benak ini, kapan waktu yang tepat?
Apa sampai derita yang dialami ini selesai?
Namun, waktu benar-benar memberi jawaban yang pasti. Bahwa kita ditakdirkan tak bersama.
Jangan terlalu menyalahkan dirimu sendiri, karena dari awal penyebab kesalahpahaman ini adalah diri ini.
Suatu saat kau akan mendapatkan yang lebih baik.
Jagalah bintang itu dengan baik.
-Go Eunhyuk.